Udara sekitar Taman Nasional Way Kambas begitu segar. Sinar matahari menerobos di sela pohon-pohon peneduh lalu jatuh di atas kursi taman. Saya dan suami duduk sembari menikmati buah jeruk yang rasanya asam manis. Cericit suara burung menambah suasana makin terasa indah. Nun jauh dari dalam hutan terdengar suara Siamang berteriak saling bersahutan. Damainya bisa merasakan suasana hutan yang asri. Taman Nasional Way Kambas, Surga Bagi Gajah dan Badak Sumatra.
Melanjutkan petualangan, saya dan suami memilih keliling Way Kambas dan menuju kolam yang ada di area Way Kambas untuk melihat gajah yang sedang mandi, juga gajah yang sedang merumput jauh dari kerumunan wisatawan. Mamalia darat terbesar itu tampak gagah, bersahabat, dan mengagumkan.
Taman Nasional Way Kambas memang sudah dikenal sejak lama sebagai wilayah konservasi terutama Gajah Sumatra. Nah, agar makin menambah kecintaan dan Indonesia bikin bangga, yuk mengenal lebih dalam tentang Taman Nasional Way Kambas yang ada di Provinsi Lampung.
Mengenal Lebih Dalam Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas berdiri pada tahun 1985 dengan nama Pusat Latihan Gajah (PLG) yang kemudian bermetamorfosis menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang menjadi pusat pelatihan dan perkembangbiakan gajah. Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan konservasi yang berbentuk taman nasional selain Taman Nasional Bukit Barisan (TNBBS). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.670/Kpts-II/1999 tanggal 26 Agustus 1999.
Taman Nasional Way Kambas terletak di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur, Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 1300 km persegi dan memiliki empat tipe ekosistem unik. Yaitu, ekosistem hutan hujan dataran rendah, ekosistem rawa, ekosistem hutan pantai, dan hutan mangrove. Adanya empat tipe ekosistem tersebut menjadikan Taman Nasional Way Kambas, Surga Bagi Gajah dan Badak Sumatra. Juga rumah yang nyaman bagi Harimau Sumatra, Beruang Madu, Tapir, Siamang dan berbagai jenis burung, juga reptil. TNWK memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
![]() |
Anak Gajah penghuni TNWK dok.pribadi |
Beragam jenis vegetasi juga tumbuh subur seperti meranti, rengas, keruing, ketapang, cemara laut, kantong semar, palm merah, pandan, nibung dan beragam jenis ikan, udang yang melimpah di balik rimbunnya akar-akar mangrove. Ekosistem yang terjaga memberikan manfaat besar bagi kehidupan masyarakat sekitar TNWK terutama daerah penyangga.
Bahkan Taman Nasional Way Kambas sejak 25 Juli 2016 ditetapkan Unesco sebagai Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Park) yang ke-36. Wah bikin bangga. Taman Nasional Way Kambas, Lampung juga menjadi taman nasional ke-4 di Indonesia selain Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Lorentz Papua.
Terpilihnya TNWK menjadi Taman Warisan ASEAN karena dinilai memiliki keanekaragaman hayati dan nilai ekosistem yang tinggi. Taman Nasional Way Kambas menjadi tempat bernaung beragam flora dan fauna. Menjaga dan melindungi fauna Indonesia adalah tanggungjawab semua pihak.
Kenali Gajah Sumatra dan Badak Sumatra Fauna Endemik Pulau Sumatra
Keanekaragaman fauna Indonesia terutama fauna endemik Pulau Sumatra adalah harta berharga yang harus dijaga. Keberadaannya bukan hanya milik Indonesia tapi juga dunia. Fauna endemik Pulau Sumatra itu ada Gajah Sumatra, dan Badak Sumatra.
1. Gajah Sumatra (Elephas maximum sumatranus)
Gajah Sumatra adalah subspesies gajah Asia yang masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dengan status Critically Endangered (CR). Gajah Sumatra menjadi fauna yang berada diambang kepunahan. Habitatnya berupa hutan semakin berkurang karena berbagai sebab, terutama campur tangan manusia. Maka menjaga dan melindungi hutan berarti ikut menjaga kelestarian Gajah Sumatra agar tidak punah sebelum waktunya.
Berdasarkan UU No.5 Tahun 1990 PP 7/1999 Gajah Sumatera termasuk satwa yang dilindungi. Berburu, menangkap, menyiksa adalah tindakan yang ilegal yang melanggar hukum. Gajah Sumatra berbeda dengan Gajah Afrika. Berikut ciri-ciri Gajah Sumatra yang bisa diketahui.
Gajah Sumatra menyukai hidup dalam kelompok dan lebih suka bergerak aktif di malam hari (nocturnal). Gerak jelajahnya bisa mencapai luas 20 km dalam sehari. Oh iya, seekor induk gajah akan mengandung selama 600 hari dan biasanya melahirkan hanya seekor bayi gajah saja.
Gajah Sumatra sebagai hewan herbivora juga pemupuk yang handal di alam bebas. Bayangkan saja, dengan bobot tubuh 3-5 ton, berjalan berkelompok, Gajah Sumatra bisa makan 150 kg dan meminum air sebanyak 40 liter. Saat berjalan berombongan bayangkan derap kakinya saat menginjak bumi, wow seperti di film saja. Dan dengan pencernaan yang buruk, Gajah Sumatra akan mengeluarkan kotoran di sepanjang area jelajahnya setiap satu jam sekali. Belum lagi jika kotoran yang ada mengandung biji-bijian. Secara tidak langsung Gajah Sumatra memiliki peran penting dalam penyebaran beragam benih pohon di hutan sehingga tercapai keseimbangan vegetasi.
Menjaga dan melindungi fauna Indonesia terutama Gajah Sumatra adalah tanggungjawab bersama. Jangan sampai kisah "Erin" terulang kembali. Cukup sudah ada anak gajah yang terkena jerat orang tak bertanggungjawab sehingga menyebabkan cacat seumur hidupnya. Erin gajah malang itu harus hidup dengan belalai tinggal 3/4 saja. Beruntungnya Erin masih hidup, dan dengan pendampingan tim medis dan mahout Erin kembali bisa menggunakan belalainya.
2. Badak Sumatra ( Dicerorhinus sumatrensis)
Badak Sumatra merupakan satu-satunya badak yang tersisa dari genus Dicerorhinus. Badak Sumatra merupakan jenis badak terkecil. Badak Sumatra juga adalah hewan pemalu, penyendiri, kecuali pada musim kawin dan memelihara anak. Badak Sumatra memiliki ciri khusus yang membedakan dengan saudaranya Si Badak Jawa. Terutama jumlah cula yang dimiliki. Berikut ciri Badak Sumatra.
Dengan status masuk dalam daftar merah Critically Endengered (CR) pelestarian Badak Sumatra adalah hal yang sangat mendesak. Terlebih jumlah yang tersisa di alam menurut organisasi non pemerintah The World Wide Fund for Nature (WWF) tinggal 80 ekor saja. Sejarah pernah mencatat bahwa Badak Sumatra pernah ditangkap sebanyak 40 ekor untuk dikembangbiakan secara ex situ (di luar habitat aslinya) dengan cara dititipkan di kebun binatang berbagai negara dan mengalami kegagalan. Tingkat kematian badak lebih tinggi dibandingkan kelahiran. Dan menyisakan Badak Sumatra yang ada di Kebun Binatang Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Dari induk Emi dan Ipuh berhasil melahirkan Andalas, Suci, dan Harapan.
Tingkat reproduksi yang rendah dan habitat yang terganggu membuat badak makin sulit bertemu satu dengan yang lain. Maka Taman Nasional Way Kambas menjadi benteng terakhir bagi Badak Sumatra agar terus bisa mempertahankan eksistensinya. Taman Nasional Way Kambas bekerjasama dengan Yayasan Badak Indonesia menjawab tantangan tersebut dengan mendirikan Suaka Rhino Sumatra atau SRS.
Suaka Rhino Sumatra
Suaka Rhino Sumatra atau SRS dibangun pada tahun 1996 yang menjadi tempat pelestarian dan pengembangbiakan badak dengan metode semi alami. Badak Sumatra yang ditangkap dipelihara dengan habitat mirip dengan aslinya. Dengan lahan seluas 100 ha, hidup 7 ekor badak dengan kondisi sehat dan baik. Dari 7 ekor badak tersebut, 3 berjenis kelamin jantan ( Andalas, Harapan yang lahir di Cincinnati, dan Andatu ). Dan 4 betina bernama Bina, Rosa, Ratu, dan Delilah.
![]() |
Badak di Suaka Rhino Sumatra foto ndaru_rain |
Keberadaan Suaka Rhino Sumatra bukan hanya untuk penangkaran saja tapi lebih dari itu. Ada tugas berat yang diemban untuk menambah jumlah populasi Badak Sumatra yang tingkat reproduksinya rendah, yaitu dengan program Konservasi Pembiakan (Breeding Conservation).
Yang terpilih mengikuti program tersebut adalah Andalas kelahiran Cincinnati dipasangkan dengan Ratu kelahiran dari alam Taman Nasional Way Kambas. Dan melalui perjuangan yang tak mudah, akhirnya Ratu berhasil melahirkan Si Sulung Andatu pada tanggal 23 Juni 2012. Kelahiran Andatu menorehkan sejarah baru dalam dunia perbadakan. Kelahiran Andatu sudah ditunggu selama 124 tahun dan Andatu tumbuh sehat, lincah sesuai usianya di Suaka Rhino Sumatra, TNWK Provinsi Lampung.
Tak berselang lama, empat tahun kemudian Ratu melahirkan kembali, kali ini lahir seekor badak betina yang cantik pada tanggal 12 Mei 2016 dan diberi nama Delilah. Wow Berarti 12 Mei 2021 ini Delilah berulang tahun yang ke-5. Yea, selamat ulang tahun Delilah, semoga tumbuh menjadi badak yang sehat, panjang umur dan bisa lestari aamiin.
Keberhasilan SRS dalam mengembangbiakan Badak Sumatra merupakan harapan baru bahwa kelak akan lahir Delilah baru untuk meneruskan garis keturunan Badak Sumatra. Keberadaan SRS bagai oase di padang pasir dalam upaya menyelamatkan Badak Sumatra dari kepunahan.
Tapi keberadaan SRS ini spesial loh. Tidak sembarang orang bisa masuk. Harus melalui protokol ketat dan tujuan tertentu. Apalagi Badak Sumatra yang pemalu tidak menyukai suasana yang bising. Teman-teman bisa melihat info tentang Badak Sumatra melalui media sosial.
Mengapa Populasi Gajah dan Badak Sumatra Terus Menurun?
Makin berkurangnya populasi Gajah Sumatra dan Badak Sumatra disebabkan berbagai faktor, antara lain:
1. Perambahan hutan dan pembalakan liar, sehingga menyebabkan kerusakan hutan sebagai habitat alami gajah dan badak.
2. Alih fungsi lahan yang begitu agresif untuk perluasan kebun kelapa sawit, Hutan Tanaman Industri untuk bahan kertas dan tisu menyebabkan hutan semakin terbabat habis dan makin memojokkan gajah dan badak yang hidup di dalamnya.
3. Penegakan hukum yang belum maksimal. Menjadi dilema tersendiri bagi aparat penegak hukum karena terkadang kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan beririsan dengan peraturan terkait investasi dan pembukaan lahan baru.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat arti pentingnya melindungi satwa langka sebagai penyeimbang ekosistem hutan
5. Perburuan liar yang masih marak. Semua dilakukan karena dorongan adanya permintaan pasar yang tinggi terhadap pembelian bagian tubuh tertentu yang berharga. Seperti gading gajah dan cula badak.
Bagaimana Menjaga Lingkungan Hidup Dapat Berkontribusi dalam Memelihara Keanekaragaman Fauna yang Ada di Indonesia?
Manusia sebagai pengendali utama dari ekosistem memiliki peran besar bagi keberlangsungan hidup baik flora dan fauna yang ada. Kita bisa memulainya dari hal yang sederhana seperti:
1. Ikut kampanye perlindungan satwa melalui media sosial sehingga makin banyak orang lain teredukasi
2. Berwisata tanpa merusak alam, saat berwisata tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-coret, tidak mencabut apapun di tempat wisata. Tidak menyakiti hewan. Mengikuti aturan yang ditetapkan di tempat wisata atau balai konservasi yang didatangi.
3. Memilih hidup ramah lingkungan yang bisa dimulai dari rumah. Misal selalu bawa botol minum sendiri, mengganti tisu dengan kain, menghemat pemakaian kertas, memilah sampah, mengolah sisa organik menjadi kompos. Berbelanja membawa kantong sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik. Karena sampah plastik butuh ratusan tahun untuk terurai dan merusak ekosistem daratan juga lautan.
4. Memilih produk pangan lokal
5. Tidak menyimpan, menggunakan, menjual, atau membeli barang-barang yang berasal dari anggota tubuh satwa yang dilindungi
6. Melaporkan dan mengawal proses hukum yang dilakukan aparat sehingga penegakan hukum bisa berjalan sesuai aturan
Pada akhirnya sekuat apapun keinginan Gajah Sumatra dan Badak Sumatra untuk menolak punah, di tangan manusialah nasib keduanya ditentukan. Dibutuhkan komitmen, konsistensi, sinergi, dan kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat untuk sadar sepenuhnya arti pentingnya pelestarian fauna yang langka.
Tak semudah membalik telapak tangan memang. Tapi bukan pula hal yang mustahil. Jika dari masyarakat sampai pemangku kebijakan berjuang dengan sungguh-sungguh, niscaya mewujudkan Taman Nasional Way Kambas menjadi surga bagi gajah dan badak di Pulau Sumatra akan menjadi nyata. Kelak jerih payah yang ada akan menjadi sebuah lompatan besar bagi peradaban sehingga satwa langka ini tetap lestari dan bisa disaksikan keberadaannya dari generasi ke generasi.
Ah indahnya hidup ini jika semua bisa hidup selaras dan harmoni bersama alam dan kekayaan flora dan faunanya. Sayup-sayup terdengar syair lagu ciptaan A. Riyanto
Tiada negeri yang indah, seindah persada nusantara
Hutan rimba menghijau tempat bersemayam margasatwa
Salam lestari
Referensi:
Dokumen pribadi
https://www.instagram.com/p/BWpk90DhMk2/
https://www.instagram.com/p/CAOsfrhgoWW/
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Way_Kambas
https://waykambas.org/ekosistem-hutan-way-kambas/
https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_sumatra
https://badak.or.id/badak-sumatera-delilah-ulang-tahun-ke-3/
https://www.mongabay.co.id/2012/06/25/andatu-si-bayi-badak-yang-suka-main-air/
http://www.eloratour.com/2015/06/suaka-rhino-sumatera-sumatran-rhino.html?m=1
https://travel.tempo.co/read/1266554/tn-way-kambas-buka-suaka-badak-baru
https://www.mongabay.co.id/2016/07/16/fakta-nyata-mengapa-kehidupan-badak-harus-kita-jaga/
Syair lagu Nusantaraku karya A.Riyanto
Alhamdulillah bisa menambah wawasan terkait konservasi gajah sumatera yg hampir punah
BalasHapusAlhamdulillah jika bermanfaat. Ternyata dibalik indah Taman Nasional Way Kambas ada perjuangan untuk melestarikan gajah
HapusMantab, terus memberikan informasi yg berguna... Ditunggu postingan swlanjutnya...
BalasHapusWah makasih om udah mampir. Semoga tetap lestari ya Gajahnya biar ada cerita selanjutnya.
HapusSemoga gajah bisa terus ada dan bisa dilihat langsung oleh anak cucu kita jangan sampai punah
BalasHapusAamiin. Itu yang sedang dilakukan oleh TNWK agar Gajah Sumatra tetap lestari dan tidak punah, ayo kita dukung.
HapusSaya suka heran aja kok masih ada kolektor gading gajah atau kolektor barang2 dari bagian tubuh hewan yang dilindungi. Kan bisa punah kalau terus diburu begitu ya
BalasHapuskangen banget bisa ke Waykambas lagi, Zaman kuliah ada teman yang magang di Way Kambas, alhamdulillah pas nikah bisa ke sana. Dapat banyak info dengan baca artikel ini
BalasHapusUdah lama banget gak ke way kambas terakgir zaman sekolah xixixi banyak perubahan mgkn ya.
BalasHapus