Senin, 29 Juni 2020

Jurnal Keenam Tahap Kupu-kupu



Assalamualaikum,

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman juga sehat. Em, tak terasa sudah memasuki pekan keenam di Kelas Bunda Cekatan tahap kupu-kupu Institut Ibu Profesional. Ada apa kali ini?

"Duh bingung apa analogi yang cocok buatku?"

Begitu sebuah pesan singkat yang masuk dari temanku yang sedang mulai menulis jurnal pekan keenam. Kubalas dengan stiker senyum dan ku motivasi untuk memilih sesuai hati.

Lha saya juga dari kemarin sedang memutar isi kepala mencari ide. Belum bisa menulis jika belum ada gambaran di kepala. Waktu yang ada saya gunakan untuk banyak membaca dan berkegiatan yang bisa menaikkan rasa bahagia saya berlipat-lipat. Penasaran kan? Yuk..Yuk..Diintip ceritaku pekan keenam kali ini.

Bermula dari mendengarkan dongeng sebelum tidur dari gurunda tercinta Bunda Septi Wulandani. Beliau mengatakan bahwa pekan keenam saatnya menuliskan mastermind kesuksesan sekecil apapun tuliskan. Dan analogikan diri kita seperti apa hari itu.

Sebagai Mentee

Jleb! Tersenggol hati ini dengan keras, karena merasa belum banyak progres. Ya, dengan proyek menulis buku solo belum banyak yang bisa saya tulis untuk memulainya.  Ditambah Netbook opname dua minggu haha..Jadilah saya sedikit-sedikit harus membangun semangat lagi.

Salah satu cara ampuh yang saya lakukan adalah mengambil jeda sejenak dan merencanakan kegiatan yang menjadi pendorong untuk bangkit kembali. Begini proses harian yang saya lakukan.

Kesuksesanku

Jumat, saya mulai dengan membaca buku karya Nasrullah (Menjadi Medan Magnet Rezeki) dan mencari resep brownies singkong di instagram. Ada stok singkong yang bisa dieksekusi. Buku selesai (ini paling favorit dibaca saat sedang tidak semangat), brownies matang. Mulailah menulis kata pengantar untuk pemanasan. Kata pengantar adalah sebuah gerbang awal dalam sebuah buku. Saya seperti matahari pagi yang cerah penuh energi.

Sabtu, saya stimulus semangat dengan rencana membuat mie ayam jamur sendiri. Makanan lagi hihi. Ya bisa jadi karena saya cinta dengan dunia memasak setiap selesai saya akan merasa bahagia dan bisa fokus menulis. Kali ini saya buat oret-oret poin penting bab pembuka. Hati bahagia ide berseliweran di kepala. Saya gambarkan seperti Monmon (monyet)  si ideation.

Minggu, saya seperti seekor kuda si achiever yang sibuk seharian. Pagi berkebun, memasak, berbelanja setelah ashar untuk mencari perlengkapan rumah tangga untuk adik yang menempati rumah baru. Kompor, kipas, galon, dan sebagainya penuh semobil. Kemudian pulang, mandi, magrib. Setelah isya pergi lagi untuk drop barang. Pakai masker,ganti baju, dan mandi 3 kali sehari. Menulis sedikit saat mau tidur pakai gawai.

Senin, saya bisa fokus membuat outline buku. Sehingga saya mulai ada gambaran apa yang harus saya tulis di bagian bab per bab kelak. Saya seperti burung camar yang harus fokus untuk bisa menyambar ikan di tengah lautan luas.

Mbak Ayu juga saya analogikan seperti seekor burung merpati. Mbk Ayu seorang developer yang senang memajukan orang lain dan senang melihat kemajuan orang lain.

Gambaran diriku


Sebagai Mentor

Berdiskusi dengan Mbak Nika yang terus berproses dengan semangat. Saling menganalogikan. Setelah melewati beberapa pekan bersama saya analogikan Mbak Nika seperti burung pelikan. Adaptasi dari kartu pandu 45. Di situ terlihat sebagai perempuan, ibu juga istri Mbak Nika berusaha menjalankan peran dengan tanggungjawab
Mbak Nika seperti burung pelikan. Responsibility, sampai membuat action plan terkait menu untuk suami, untuk anak tanpa mengesampingkan rasa bahagia. Mbak Nika menganalogikan saya seperti sungai yang mengalir dengan tenang tapi pasti.

Mentee yang satu lagi saat ini sedang fokus pindah rumah jadi terbayang betapa banyak tanggungjawab yang harus diselesaikan. Mbak Nora seperti kura-kura deliberative seorang yang sangat teliti, waspada, hati-hati melihat sebelum melakukan kegiatan lain. Semoga kedua mentee bisa terus menjalani apa yang jafi tujuannya.

Aliran Rasa

Menapaki pekan keenam semakin tinggi gunung yang didaki. Dibutuhkan tenaga juga strategi agar terus melaju ke depan.
Di situ saya gambarkan diri tiap hari. Seperti matahari pagi yg baru muncul karena mulai semangat, seperti monmon karena hari itu saya gatal banyak ide di kepala. Seperti kuda karena minggu yang sibuk sekali. Seperti camar yang harus fokus. Simbol analogi saya adaptasi dari kartu pandu 45 hehe. Saya gambarkan diri seperti berang-berang yang mulai membangun dari awal.

Saat ngobrol dengan Mbak Ayu, memang saya cocok dengan analogi berang-berang karena saat ini saya coba mengatur, mengkonsolidasi sumber daya yang ada untuk mengumpulkan serpihan puzzle yang kelak akan jadi bahan tulisan buku solo saya.

Tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Wajibnya manusia hanya berdoa, memulai niat baik dan berikhtiar maksimal. Jangan lupa fokus, komitmen, dan konsisten dengan apa yang dipilih. Selalu minta ridho suami untuk aktivitas yang dilakukan. Selesaikan apa yang sudah dimulai. Linda semangat.

Wassalamualaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Silahkan komentar yang baik dan sopan, agar saya bisa mengunjungi balik blog anda.

Rumpu Rampe

Rumpu rampe khas NTT Indonesia memang negara yang kaya baik secara geografis atau pun populasi. Terletak di antara dua benua dan dua samuder...

Popular Posts