Assalamualaikum,
Halo teman apa kabar semua? Semoga tetap dalam keadaan baik dan sehat. Nah, masih di bulan Syawal tak lupa saya sampaikan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H, mohon maaf lahir dan batin. Apa momen indah saat lebaranmu?
Pasti ada tentunya. Oh iya, rasanya lama saya tidak menulis di blog, ternyata kangen juga. Terakhir menulis resep hehe. Dan pucuk dicinta ulam tiba, ada challenge dari komunitas Pejuang Literasi yang saya ikuti. Challenge yang temanya tak jauh dari lebaran.
Yuk ikuti ceritaku ya. Tahun ini, Slumuth Family mudik ke rumah orang tua saya yang masih satu provinsi, Lampung. Namun berbeda kabupaten dan menempuh jarak kurang lebih 100 km. Kami mudik menggunakan travel yang pak sopirnya tetangga di kampung. Rumahnya tak jauh dari rumah orang tua.
Momen indah saat lebaran selalu berbeda dengan tahun lalu. Ada saja yang menjadi kenangan indah yang patut untuk dituliskan.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki ragam budaya dan kebiasaan rakyat yang berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Sudah menjadi tradisi yang terus berlangsung dari tahun ke tahun. Begitu pun kampung halaman tercinta.
Ada beberapa tradisi yang baik dan bisa terus dilestarikan.
1. Takbir Keliling
Setiap malam takbir, selalu ada kegiatan takbir keliling menggunakan obor. Obor terbuat dari bambu dengan sumbu dari sabut kelapa. Konsepnya zero waste atau minim sampah. Dari anak-anak sampai orang tua turut memeriahkan mengagungkan asma Allah. Takbir dimulai setelah solat Isya.
Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar
Semua bertakbir mengagungkan kebesaran Allah. Anak-anak tampak tertib juga antusias. Berpawai sambil belajar syiar Islam.
![]() |
Ikut pawai |
2. Tradisi Sungkeman dan Silaturahmi
Selepas solat Idul Fitri, biasanya keluarga saling berkumpul untuk memulai sungkeman pada orang tua. Di keluarga saya juga semua anak cucu sungkeman pada orang tua. Memakai bahasa Jawa halus.
Yang terjadi saat acara sungkeman adalah air mata ini tumpah tak terbendung. Mengingat begitu banyak kesalahan sebagai anak pada orang tua. Semoga dengan saling memaafkan dan keridhoan orang tua, maka hidup yang dijalani ke depan lebih mudah dan penuh berkah aamiin.
Selesai sungkeman dengan orang tua, dilanjut dengan kumpul seluruh keluarga besar. Semua saling memaafkan dan dilanjut makan bersama, berbagi rezeki, tak lupa foto bersama.
![]() |
Foto bersama |
Namun, seiring perkembangan zaman ada tradisi negatif yang sebaiknya tidak diteruskan. Pertama, membunyikan petasan sepanjang malam. Ironi memang, satu sisi ada pawai takbir, di sisi lain ada yang dar dor menyalakan petasan kertas. Menimbulkan polusi suara, mubazir, dan tidak manfaat.
Kedua, membunyikan knalpot secara beramai-ramai di jalan raya. Berisik, seakan tidak menghargai momen yang harusnya disambut dengan hati bersih dan syukur. Suara knalpot dan asap motor sangat mengganggu orang lain.
Demikian sedikit cerita tentang momen di hari raya kemarin. Semoga Allah senantiasa memberkahi kita. Tahun ini menjadi pribadi yang lebih baik, dan bertemu ramadan tahun depan.
Wassalamualaikum
#ChallengePL
#HariRayaIdulFitri
#PejuangLiterasi
Senang, ya jika tradisi terpelihara hingga kini. Untuk menambah kemeriahan tanpa mengganggu kegiatan ibadah utama. Sekadar cara menyambut hari kemenangan bukan mengganti tata cara beribadah. Ya kan, ndan?
BalasHapus