Senin, 22 Oktober 2018
Kemandirian Siapa yang Perlu Dilatih?
Assalamualaikum,
Halo teman, apa kabar? Berjumpa kembali dengan saya di ruang cerita. Banyak hal yang saya dokumentasikan di blog ini, sebagai pengingat diri dan jejak perjalanan saya dalam belajar.
Tak terasa di bulan Oktober ini, perkuliahan kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional memasuki materi level 2, yaitu tentang Melatih Kemandirian. Wah ini materi yang sangat menarik dan berhasil membuat mahasiswi kelas Bunda Sayang Surabaya merasa ngeri - ngeri sedap hehe.
Saya amati, sejak memasuki sesi diskusi, begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan terkait melatih kemandirian. Maka sebagai seorang fasil yang harus siap memantik keingintahuan mahasiswi saya pun mempersilakan untuk saling menanggapi di kelas. Jadi diskusi berjalan meriah, saling memberi masukan. Dan saya suka.
Kemudian dari diskusi kelas, dapat ditarik benang merah tentang kegalauan mahasiswi saat ingin melakukan tantangan game level 2. Muncullah pertanyaan terkait materi kemandirian, kemandirian siapa yang perlu dilatih? Anak, diri sendiri, atau pasangan.
Sebenarnya dari penjelasan di game level 2 sudah jelas bahwa dalam melakukan tantangan boleh memilih dengan anak untuk berpatner, diri sendiri, atau pasangan. Maka saya sedikit memandu hal yang bisa dilatihkan jika berpatner dengan anak, diri sendiri, atau pasangan.
Jika berpatner dengan anak, ada hal yang perlu diperhatikan ibu :
1. Siapkan faktor pendukung
Misal dengan menciptakan lingkungan ramah anak. Segala sesuatu yang dibutuhkan anak mudah dijangkau dan tidak berbahaya.
Kenalkan faktor resiko, ibu konsisten, terus memotivasi anak.
2. Usia anak
Ini terkait dengan kemandirian yang ingin dilatihkan.
* usia 0 - 12 bulan
Umumnya anak masih tergantung sepenuhnya pada orang lain terutama ibu. Jadi saat melakukan aktivitas harian, ajak anak berbicara secara perlahan. Misal waktu mandi ajak anak berbicara, '' ayo sayang waktunya mandi pagi, biar badan segar .''
*1 - 3 tahun
Anak dilatih untuk mengontrol diri sendiri. Berani mengungkapkan keinginannya saat ingin BAK atau BAB. Toilet training, atau berlatih makan sendiri.
*3 - 5 tahun
Anak dapat mulai dilatih membereskan mainan sendiri, meletakkan baju kotor pada tempatnya atau berlatih mencuci piring bekas makannya sendiri. Gunakan bahan yang tidak mudah pecah.
*6 - 12 tahun
Anak di usia ini diharapkan dapat menunjukkan prestasi yang akan memupuk rasa percaya dirinya. Dengan prestasi anak menunjukkan tanggungjawabnya pada tugas - tugas yang diberikan. Latih anak untuk membuat jadwal hariannya secara sederhana. Sehingga bisa menyeimbangkan waktu belajar, membantu orang tua dan bermain dengan gembira.
Dalam melatihkan kemandirian pun tidak harus tergesa - gesa, jalani dengan penuh kesabaran.
Lalu apa yang perlu dilatihkan jika pada diri sendiri?
Ini tentu setiap orang tidak akan sama. Ada yang berlatih mandiri pergi ke suatu tempat ( tidak perlu diantar, yang utama dapat izin ), mandiri mengganti tabung gas sendiri, berbelanja bulanan sendiri, dan banyak lagi. Kuncinya harus berani memulai, konsisten dan terus semangat.
Selanjutnya, apa yang perlu dilatihkan jika kemandirian yang ingin dilatih berhubungan dengan pasangan?
Nah jika ini, tentu saja harus didiskusikn dengan pasangan secara langsung. Gunakan ilmu komunikasi produktif yang sudah didapat, aplikasikan langsung. Setelah ada kesepakatan baru dibuat list yang sesuai. Misal smart cooking, smart person, smart financial, smart kitchen. Kemandirian pasangan ini tidak akan terasa saat istri dalam keadaan sehat atau kita tinggal bareng pasangan. Tapi manfaatnya akan sangat terasa saat istri sedang sakit, pasca melahirkan atau posisi LDM. Emm ilmunya akan bermanfaat sekali.
Saat istri sakit, atau pasca melahirkan, urusan rumah dapat ditangani pasangan. Walau mungkin hasil pekerjaannya tidak sesuai target. Misal menanak nasi di magic com, mendadar telur, menyapu.
Tapi paling tidak saat istri pasca melahirkan, sebagai pasangan tak perlu buru - buru membuat repot ibu kita untuk datang ke rumah dan mengurus rumah kita.. Kasihan ibu kita yang sudah dari kecil mengurus kita, sudah saatnya bersantai menemani cucu, bukan menghandel pekerjaan rumah kita.
Jadi begitu luas makna dari melatih kemandirian yang tentu saja setiap prosesnya menjadi hal yang penuh hikmah luar biasa.
Berikan apresiasi tulus dari hati atas pencapaian yang dilakukan bisa dengan bintang atau hadiah kecil penuh arti. Tak lupa selalu terapkan ilmu konsistensi agar apa yang dilatihkan menjadi habbit yang baik dan mendarah daging. Terus berikan motivasi yang tinggi agar yang dilatih merasa selalu mendapat energi yang besar dari kita. Kemudian berikan contoh atau teladan yang baik terkait dengan kemandirian yang ada di rumah sesuai dengan porsi dan tanggung jawab masing - masing anggota keluarga.
So sekarang, menjadi mandiri, siapa takut!
Demikian jurnal fasilitator level 2 tentang melatih kemandirian. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum
Sumber
Bunda Sayang, 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak, Komunitas Ibu Profesional, Gazza Media, 2013
Refleksi Pengalaman Pribadi Saat Mengikuti Kuliah Bunda Sayang Level 2 Melatih Kemandirian, 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rumpu Rampe
Rumpu rampe khas NTT Indonesia memang negara yang kaya baik secara geografis atau pun populasi. Terletak di antara dua benua dan dua samuder...

Popular Posts
-
Assalamualaikum , Halo teman semua apa kabar? Akhir tahun kemarin liburan kemana? Liburan menjadi momen penting untuk mengeratkan bond...
-
Assalamualaikum , Halo apa kabar semuanya? Jumpa lagi dengan saya di cerita Slumuth Family dan masih di tantangan 10 hari game level 9...
-
Apa yang terbersit di pikiran Anda saat mendengar kata kaya? Sebagian tentu menjawab, kaya itu tak jauh dari hidup memiliki banyak uang,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Silahkan komentar yang baik dan sopan, agar saya bisa mengunjungi balik blog anda.