Assalamualaikum,
Apa kabar semuanya? Semoga teman - teman selalu dalam keadaan sehat dan baik. Alhamdulillah, diberikan nikmat sehat, juga negeri yang aman damai gemah ripah loh jinawi.
Penuh rasa kekeluargaan dan tolong menolong. Dan hari ini tanggal 30 Agustus 2018, tantangan hari ke - 7, Slumuth Family ingin berbagi cerita nyata. Semoga hikmahnya dapat menjadi pelajaran.
Tinggal jauh dari orangtua, harus tetap menjaga hubungan lewat komunikasi atau telpon. Lewat telpon saya dan ibu saling bertanya kabar dan saling bertanya menu masakan hehe. Nah saat pulang Idul Adha kemarin, kami sekeluarga saling ngobrol. Namun, ada cerita menarik yang menyentuh hati.
Ibu bercerita tentang masa awal perjuangan di daerah transmigrasi, menjadi guru SD yang gajinya masih di bawah Rp 500,- sekitar tahun 1976 saya belum lahir. Untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari, bapak memilih menjadi penjahit, daripada menjadi guru.
Tapi, tetap saja barang - barang kebutuhan sulit di dapat, ditambah gaji yang tak rutin bisa diambil. Daerah masih terisolasi, jalan sepeda mengikuti tapak bekas ban mobil yang lewat. Saya juga adik dan ponakan mendengarkan dengan seksama.
Demi memenuhi kebutuhan hidup, otomatis harus ke warung. Nah di desa Pulung Kencana ada sebuah warung yang lengkap dan penjualnya baik hati. Tetangga sekitar diperbolehkan ambil barang dahulu, saat gajian baru dibayar, ngebon istilahnya. Pemilik warung itu tetangga kami bernama Bude Sari, memiliki seorang anak perempuan semata wayang.
Seiring waktu, tahun berubah, roda kehidupan berputar dan anak pun sudah menikah. Bapak dan ibu yang sudah 35 tahun menjadi guru SD juga masuk masa pensiun.
Sedangkan pakde bude berdua di rumah sudah tidak berjualan lagi. Anaknya juga sudah menikah. Untuk mengisi kegiatan, menanam pohon. Seperti halaman depan rumah ditanami rambutan, halaman belakang ditanami pisang, singkong, nangka, juga mangga.
Anak - anak dari ibu, kami berlima, termasuk saya pun sudah mandiri semua, tapi ini selalu diceritakan, agar di mana pun kami tinggal untuk selalu berbuat baik pada tetangga. Pakde bude beranjak memasuki usia senja, kondisi fisik mulai melemah. Jadi hasil panen yang ada, digunakan menamvah pemasukan. Kadang dibawa ke pasar atau kadang diantar ke rumah.
Bapak dan ibu selalu menerima apa pun buah yang diantarkan, dan sebagai gantinya, ibu memberikan uang untuk membeli buahnya. Dengan uang tersebut pakde bude menggunakannya untuk membeli bumbu dan sayuran di pasar. Kalau beras, saat orangtua panen akan dikirim.
Saya terharu mendengar cerita ibu, ah rasanya memang sebagai manusia biasa, sudah seharusnya kita saling menyayangi dan tahu membalas budi.
Jadi ibu berkata '' dulu saat keluarga kita mengalami kesulitan, pakde bude yang membantu. Kini di hari tua mereka, saatnya bapak ibu yang membantu dengan kelapangan rezeki dari Allah. Agar hidup kita berkah, penuh makna dan Allah ridho.''
Kemudian menutup cerita dengan ekspresi wajah yang penuh makna.
Ces...Mendengarnya. Banyak hikmah yang dapat diambil, manusia harus tolong menolong untuk kebaikan.
Hidup hanya sekali, maka kuncilah dengan amalan yang baik. Quotes by Linda Dwihapsari
Paksu ikut terharu saat mendengarkan saya mengulang cerita itu menjelang tidur saat di kampung. Dan setuju bahwa sebagai manusia, hendaklah saling tolong menolong dalam kebaikan. Demikian cerita penuh hikmah di Slumuth Family untuk hari ke - 7. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Silahkan komentar yang baik dan sopan, agar saya bisa mengunjungi balik blog anda.