![]() |
Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga |
Kali ini adalah hasil observasi suasana kelas saat masuk materi kedua.
Tepatnya Selasa tanggal 30 Januari 2018.
Mm saat materi diberikan pagi, matrikan masih banyak yang sedang beraktivitas dan malamnya saat sesi diskusi terlihat yang bertanya sebagian besar dilanda kebingungan.
Berhubungan dengan istilah ibu bekerja, ada yang sedih karena harus keluar rumah dan menitipkan anak - anak pada pengasuh atau kakek nenek. Merasa belum bisa memberikan yang terbaik untuk anak - anak di rumah.
Ada juga yang merasa belum punya percaya diri jika beraktivitas diranah domestik. Ini memang masih sering terjadi, apalagi pandangan masyarakat awam yang beranggapan bahwa dikatakan bekerja kalau memiliki kantor, jam kerja tetap, gaji tetap. Jadi anggapan ibu rumah tangga bukan dianggap bekerja, sedangkan jika dimaknai lebih dalam wah.. banyak sekali hal yang harus dielesaikan dari pagi sampai mau tidur. Luar biasa bu..jam kerjanya.,
Kemudian berkaitan dengan cheklist indikator profesionalisme itupun banyak yang masih bingung. Dan keuntungan adanya grup sungguh sangat membantu saat ada yang mengalami kesulitan
Maka saat diskusi saling sharing dan mengemukakan pendapat dengan sudut pandang berbeda, membuat teman - teman matrikan bahwa di Institut Ibu Profesional memiliki pandangan bahwa sejatinya semua ibu adalah bekerja, ada yang di ranah publik ada yang di ranah domestik. Semua memiliki kemuliaan yang sama, sebagai pendidik utama dalam keluarga.
Lantas menyikapi sebagai ibu profesional apakah harus full time at home? Jawabannya tentu tidak harus karena pasti ada alasan penting penuh pertimbangan saat seorang ibu memilih bekerja di ranah publik.
Yang perlu dijadikan perhatian adalah karena kesibukan bekerja, maka seorang ibu profesional harus bisa membuat jadwal kegiatan dan mengatur manajemen rumah tangga dengan sebaik - baiknya. Artinya seorang ibu yang bekerja di ranah publik, harus lebih banyak menginvestasikan waktu untuk belajar agar seimbang antara aktivitas di luar dan aktivitas di rumah.
Kemudian disarankan menggunakan waktu yang ada agar lebih berkualitas saat bersama anak dan pasangan ( quality time ) sambil terus menguatkan ilmu - ilmu manajemen rumah tangga.
Akhirnya setelah banyak saling sharing dan tanya jawab, malam itu membuat teman - teman matrikan merasa tentram, bangga dan bahagia dengan pilihannya masing - masing. Kuncinya harus bersungguh - sungguh, komitmen dan konsisten untuk terus belajar menjadi lebih baik. Perubahan yang baik dimulai dari diri sendiri dan dari dalam rumah.
Dodik Maryanto,
'' Bersungguh - sungguhlah kamu di dalam, niscaya kamu akan keluar dengan kesungguhan itu, tidak ada hukum terbalik.''
Sang Bumi Ruwa Jurai
Catatan jurnal belajar fasilitator
Materi kedua,
Februari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Silahkan komentar yang baik dan sopan, agar saya bisa mengunjungi balik blog anda.