Liburan ke Yogyakarta rasanya tak bakal lengkap tanpa menyambangi kawasan wisata yang satu ini. Malioboro. Ya, sudah sejak lama Malioboro menjadi icon wisata yang mampu menyedot perhatian turis mancanegara maupun lokal.
Oktober tahun lalu, saya dan suami bersilaturahim dengan keluarga di Yogyakarta. Kami pun tak menyia - nyiakan kesempatan untuk menikmati keunikan Malioboro. Penasaran juga, katanya Malioboro kini sudah berubah. Apa iya?
Kami bermotor menuju Malioboro, jaraknya tak jauh dari rumah ibu mertua, 10 menit saja. Sepanjang perjalanan saya mengamati hiruk pikuk Kota Gudeg masa kini. Walaupun tak dipungkiri makin padat pengendara roda dua alias motor, tapi cara berkendaraannya lebih tertib dan tertata. Tidak ada yang ingin saling mendahului.
Ini jelas terlihat saat semua harus berhenti memberi kesempatan kereta api yang mau melintas. Setelah palang pintu dibuka, semua tertib maju perlahan sesuai urutan, tidak ada yang ingin saling salip. Jadi hati tidak was - was walau keliling Yogya bersepeda motor. Rasanya nyaman.
Malioboro terletak tak jauh dari Stasiun Kereta Api Yogyakarta ( Stasiun Tugu ) dan Tugu Yogyakarta. Sebuah tempat yang penuh godaan bagi kaum hawa hehe. Sekaligus surga belanja yang tiada duanya. Terutama produk batik dan yang berbau etnik, mantaplah.
Menikmati sepanjang jalan Malioboro menangkap semua perubahan yang membawa rasa kekinian. Luar biasa,ternyata memang Malioboro sudah berbeda dengan dulu. Malioboro kini lebih ramah bagi pejalan kaki. Karena dulu trotoar yang penuh sesak untuk parkir kendaraan bermotor, terutama roda dua, sekarang sudah tidak dijumpai lagi. Kami pun harus masuk ke Malioboro Mall untuk parkir motor, dan berjalan ke arah utara menyusuri Malioboro dari titik awal biar lebih seru.
Sambil berjalan ke utara, saya sempatkan untuk duduk - duduk di kursi yang disediakan menikmati suasana yang masih sepi. Emm asyik bersantai sambil berfoto dan ngobrol dengan paksu. Di sepanjang jalan ditanami pohon asam jawa yang mulai menunjukkan daunnya yang hijau, 5 tahun lagi akan menyejukkan dan memperindah Malioboro.
Kemudian perjalanan dilanjut ke Toko Nadzar yang letaknya paling ujung. Tujuannya tentu saya ingin mencari batik dan buah tangan lain. Di Toko Nadzar saya membeli bahan batik untuk kemeja paksu seharga Rp 120.000,- dengan ukuran 2m x 1,1 m bahannya halus sekali. Kemudian membeli setelan kaos untuk keponakan juga lilin pengharum ruangan.
Di sepanjang Malioboro banyak berdiri toko - toko batik dan kerajinan, kemudian di emperan toko banyak pedagang kaki lima yang menawarkan aneka barang seperti sendal, tas etnik, kerajinan, tas batik, kaos bergambar icon Yogya dengan harga yang bisa dinego. Sungguh mengasyikkan.
Perjalanan berlanjut ke Toko Hamzah ( dulu Mirota Batik), di sini saya membeli topi pandan lebar dengan harga Rp 20.000,- wah murah ya? Bisa juga sekedar duduk santai melepas lelah di pojokkan hehe.
Oh iya, tidak ketinggalan juga saya mengunjungi Pasar Bringharjo untuk mencari wedang uwuh minuman berbahan rempah di bagian bumbu dan rempah. Masuk ke area ini emm aroma rempah tercium menyegarkan. Saya juga membeli sepak sabun serai untuk mandi.
Setelah mendapatkan barang sesuai kebutuhan, berdua kami pun pulang ke rumah dengan hati puas dan bahagia. Jadi teringat lagu dari Doel Sumbang dan Ratih Purwasih
Ada lagu yang indah di Malioboro
Lagu cinta antara kau dan aku
Ada sajak yang indah di Malioboro
Sajak indah antara kau dan aku
Semoga Malioboro tetap menjadi icon wisata yang unik dan berjati diri sehingga bisa melegenda penuh budaya. Demikian catatan perjalanan Slumuth Family tentang Malioboro, semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Silahkan komentar yang baik dan sopan, agar saya bisa mengunjungi balik blog anda.