Kamis, 14 Desember 2017

TENUN LURIK KURNIA YANG UNIK DAN NYENTRIK



Assalamualaikum,

Halo liburan hampir tiba, bingung mau kemana? Tak usah bingung, ayo yang liburan ke Yogyakarta, ulasan kali  ini semoga bisa jadi salah satu tujuan wisata yang dapat anda pilih bersama keluarga.  Berwisata sambil belajar di sentra kerajinan tenun, yaitu Tenun Lurik Kurnia. Boleh melihat prosesnya loh asyik kan?..


Rugi sekali kalau ke Yogya tidak menjelajah ke tempat- tempat yang memang menarik.  Setelah berkunjung ke Factory Dowa, Sentra tas rajut yang mendunia, maka hari kedua tanggal 16 Oktober 2017 ( sudah lama tapi baru dipost sekarang maaf ) Slumuth Family bermotor ria menyusuri jalan yang lumayan sejuk. Ke arah Selatan Yogyakarta.

Tujuan kami kali ini adalah menuju sebuah sentra kerajinan tenun. Namanya Tenun Lurik Kurnia, yang beralamat di Jl. Krapyak Wetan No. 133 RT / RW 55, Sewon, Panggungharjo, Sewon Bantul, Yogyakarta 55188. Jam buka 08.00 - 16.00 WIB.

Lurik menurut wikipedia.org adalah kain dengan motif bergaris - garis kecil yang tradisional menjadi pakaian khas warga pria pedesaan di kalangan Suku Jawa. Lurik memiliki garis vertikal dan sering juga digunakan oleh para abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Lurik juga merupakan salah satu wastra nusantara yang keberadaannya tidak sebanyak dan seterkenal batik. Lurik sudah mulai dilupakan orang. Tidak seperti batik yang masih banyak sentra pembuatannya. Lurik juga digunakan untuk membuat baju sorjan dengan desain yang terbatas. Rasanya makin jadi salah satu faktor yang menyebabkan tenun lurik tak setenar batik.

Sejarah Tenun Lurik Kurnia cukup panjang. Tenun lurik Kurnia sudah beroperasi sejak tahun 1962 didirikan oleh Bapak Dibyo Sumarto. Kemudian usaha Tenun Lurik Kurnia diteruskan oleh generasi penerusnya yaitu Mas Jussy Rizal di tahun 2008.

Saat saya berkunjung, tampak sebuah bangunan khas Jawa. Yang tampak sejuk dan menentramkan.  Oh ternyata ada 2 bangunan yang bisa dilihat. Bangunan depan untuk display produk, dan bagian belakang adalah sentra tenun. Saya yang memang penasaran meminta ijin untuk boleh melihat aktivitas penenun yang sedang bekerja. Dan diperbolehkan horee.......Saya pun bersorak girang dan toss dengan suami.

Maka kami berdua langsung menuju gedung bagian belakang. Ow di sini kami dapat melihat proses dari awal sampai akhir. Proses pertama tumpukan benang yang masih polos diwarnai terlebih dahulu, kemudian dijemur atau diangin - anginkan.

Benang polos


Benang dianginkan

Tampak terlihat benang - benang yang sudah diwarnai berjajar rapi di teras belakang. Sayangnya pegawai yang  dî bagian pewarnaan benang sudah pulang. Jadilah saya melihat berdua dengan suami.

Tahap kedua yaitu pemaletan atau pemintalan benang menjadi bentuk gulungan. Di sini saya sempat duduk mengamati tangan terampil yang memintal benang dengan cekatan.

Melihat proses memintal / palet

Dibutuhkan kejelian untuk menyambung benang agar panjang dan tergulung rapi. Saya tentu saja tak boleh banyak bertanya, bisa ganggu konsentrasi hehe.

Langkah ketiga setelah tahap pemintalan adalah sekir atau menyusun motif. Nah untuk proses sekir ini dibutuhkan keahlian dan ketelitian dalam menyusun setiap benang dan warna yang nanti memudahkan para penenun untuk menenun.

Sekir

Untuk satu motif dapat dikerjakan oleh dua orang yang berpengalaman. Luar biasa, saya sampai tak sanggup bertanya atau berkata - kata. Hanya melihat dan mengabadikan semuanya. Tumpukan benang cantik sepertinya menunggu sentuhan si penyusun motif.

Benang menunggu proses sekir

Keempat, setelah motif disusun, kemudian mulai nyucuk atau proses memindahkan desain motif ke alat tenun. Benang dimasukkan satu per satu ke alat tenun bukan mesin, dicek semua agar rapat dan rapi sebelum ditenun.

Kain yang sedang ditenun


Kagum dengan dedikasi penenun

Tenun Lurik Kurnia dibuat dengan menggunakan ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ) yang berbahan kayu dan dikerjakan secara manual oleh tangan manusia. Pekerja tenun lurik yang ada rata - rata sudah sepuh. Bahkan ada yang berusia di atas 60 tahun. Tapi semangat dan dedikasinya untuk menghasilkan tenun yang bermutu dan penuh nilai seni sungguh luar biasa.

Menenun dengan cinta

Kelima adalah proses menenun. Terdengar suara alat tenun saling beradu kecepatan digerakkan tangan tua yang penuh pengalaman. Keringat bercucuran, tapi semangatnya untuk melestarikan warisan adiluhung patut dijadikan teladan. Mencintai profesi dengan sepenuh hati. Luar biasa ternyata tahapannya sampai menjadi kain lurik yang cantik.

Dalam sehari penenun dapat menghasilkan sekitar 3 meter kain dengan lebar bervariasi. Ada yang lebar 70 cm, 100 cm, dan 110 cm.

Setelah merasa cukup untuk melihat proses menenun, kami berdua kembali ke ruang display untuk memilih kain yang ingin dibeli. Tapi ow ow, demi melihat bergulung - gulung kain lurik dengan aneka motif yang indah, saya jadi bingung. Dan lama menentukan pilihan. Akhirnya pilihan saya jatuh pada motif kereto kencono  dan motif mantrijeron.  Harga kain lurik adalah Rp 50.000,- per meter. Selain kain, ada juga kemeja, tas, dompet, juga, syal cantik dari lurik.

Hasil berburu lurik

Setelah memilih kami menuju kasir. Loh kok ada yang sedang memintal benang. Oh ternyata saya beruntung bertemu dengan penerus usaha Tenun Lurik Kurnia yaitu Mas Jussy Rizal. Mulailah saya melihat dan mengobrol bertanya tentang Lurik Kurnia.

Sharing tentang sejarah lurik

Mas Jussy Rizal menceritakan  kebangkitan tenun lurik dimulai saat banyak para desainer dan artis yang memodifikasi pakaian yang dipakainya dengan kain bermotif garis atau lurik. Maka mulailah Mas Jussy Rizal mengumpulkan para perajin tenun untuk bisa bergabung demi melestarikan wastra nusantara yang unik dan nyentrik yaitu tenun lurik.

Saya juga sempat bertanya mengapa yang menenun para orangtua? Bagaimana dengan regenerasi penenun? Kalau tidak nanti bisa punah tenun lurik.

Mas Jussy menceritakan bahwa ada usaha seperti workshop dan pelatihan untuk menjaring minat generasi muda untuk belajar menenun tapi ternyata tidak mudah. Dari banyak workshop dan pelatihan ada seorang yang berminat dan belajar tentang cara menyusun motif. Sedang untuk yang menenun masih yang tua - tua. Tapi untungnya setiap tahun Tenun Lurik Kurnia menjadi langganan kain lurik untuk seragam prajurit keraton. Juga ada saja wisatawan baik lokal maupun manca yang berkunjung di Tenun Lurik Kurnia.

Sayang sekali rasanya jika sampai tenun tidak ada yang meneruskan. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua untuk lebih peduli dengan kekayaan lokal dan tradisional. Mari lestarikan wastra nusantara seperti lurik yang unik dan nyentrik ini agar keberadaannya tak hilang digerus zaman.

Aku cinta produk Indonesia, aku cinta kain luriknya. Demikian catatan perjalanan Slumuth Family hari kedua di Yogyakarta. Jangan lupa jika ke Yogya berkunjung ke Tenun Lurik Kurnia ya..sampai jumpa. Semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum

6 komentar:

  1. Wuih prosesnya ternyata lumayan rumit dan penuh kehati2an ya. Wajar juga kalau kain tenun lunayan harganya. Jadi mau ikutan lihat proses nenunnya deh. ^_^

    BalasHapus
  2. kain tenunnya agak mahal ya, 50 ribu per meter. Tapi kalau dilihat proses panjang pembuatannya tentunya sebanding

    BalasHapus
  3. Proses panjangnya gak sia-sia, hasilnya cantik banget. Semoga akan banyak penerus pembuat kain tenun ya Mbak, aamiin

    BalasHapus
  4. Sayangnya masih banyak orang yang menganggap ketajinan rakyat kurang menarik. Padahal kerajinan rakyat itu banyak yang bernilai. Apalagi yang proses pembuatannya butuh waktu dan ketelitian.
    Yuk kita galakkan cinta produk indonesia :)

    BalasHapus
  5. Waahh, menarik banget ini Mbak review-nya. Selama ini kita paling sering yang didenger hanya batik. Padahal saya sendiri keturunan Jawa. Meski dulu juga kadang liat ada yang pake lurik, belum terlalu ngeh kalo itu salah satu kain tradisional khas Indonesia. Dah makin tertarik dengan lurik saat atasan saya pulang dari Yogya dan bawain oleh-oleh kain lurik. Hee

    BalasHapus
  6. Bagus ya klo ada modifikasi atau aplikasi tenun lurik ke baju2 masa kini, macam sulam tapis yang diaplikasikan ke t shirt, jilbab, dsb. Sedih jg mendengar kalau penenun sudah tua2. Jarang ya yang muda2. Yah saya pribadi cm bs mengagumi tp nggak telaten belajar menenun begini huhu

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Silahkan komentar yang baik dan sopan, agar saya bisa mengunjungi balik blog anda.

Rumpu Rampe

Rumpu rampe khas NTT Indonesia memang negara yang kaya baik secara geografis atau pun populasi. Terletak di antara dua benua dan dua samuder...

Popular Posts