Assalamualaikum,
Alhamdulillah tantangan 10 hari game level 2 tentang melatih kemandirian terlalui dengan bahagia. Iya bahagia karena saya berkolaborasi dengan paksu di rumah. Apa pentingnya melatih kemandirian? Mari yuk dilanjut membaca.
Kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah - masalahnya.
Sejak menikah, di Slumuth Family memang sudah terbiasa saling membantu dan berbagi tugas bersama, saling dukung untuk kesuksesan urusan bersama hehe. Saya dan paksu termasuk tipe yang mandiri wah asyiknya. Walau belum mandiri 100% hehe.
Maka saat menjalankan tantangan 10 hari game level 2, paksu yang melakukan latihan kemandirian dengan skill yang ingin dicapai. Ada smart cooking seperti membuat pancake, menggoreng tempe, membuat omelet sayuran, menanak nasi. Ada juga smart financial, suami membuat list kebutuhan bulanan dan berbelanja, ada juga smart person, membuat rapi lemari pakaian juga mencuci pakaian, menyiapkan keperluan sendiri.
Lantas saat paksu dapat menyelesaikan tantangan tersebut, rasanya saya tak perlu khawatir jika suatu saat paksu harus merantau untuk melanjutkan study ke negeri orang. Sudah siap mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Semoga beasiswanya lolos ya yank aamiin.
Maka saat menjalankan tantangan 10 hari game level 2, paksu yang melakukan latihan kemandirian dengan skill yang ingin dicapai. Ada smart cooking seperti membuat pancake, menggoreng tempe, membuat omelet sayuran, menanak nasi. Ada juga smart financial, suami membuat list kebutuhan bulanan dan berbelanja, ada juga smart person, membuat rapi lemari pakaian juga mencuci pakaian, menyiapkan keperluan sendiri.
Lantas saat paksu dapat menyelesaikan tantangan tersebut, rasanya saya tak perlu khawatir jika suatu saat paksu harus merantau untuk melanjutkan study ke negeri orang. Sudah siap mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Semoga beasiswanya lolos ya yank aamiin.
Berbicara tentang kemandirian, rasanya tidak adil tanpa mengenang nostalgia indah tentang proses kemandirian yang ditanamkan orangtua sejak saya kecil. Ibu bapak berprofesi sebagai guru Sekolah Dasar yang harus berangkat pagi dan teratur waktu kerjanya.
Maka sejak kecil saya sudah dididik bangun pagi oleh orangtua untuk melakukan tugas - tugas yang harus saya selesaikan. Dari merapikan kamar tidur setiap bangun pagi, menyapu rumah, menyapu halaman, mencuci piring, mengelap kaca, mengepel lantai, membersihkan kamar mandi, memasak menu sederhana saat libur, mencuci baju, menyetrika juga berbelanja kewarung tetangga.
Tugas - tugas tersebut saya lakukan dengan kakak perempuan, dan adik perempuan saya. Bertiga diajak oleh ibu bapak untuk melakukan secara bergantian. Jika saya menyapu, kakak perempuan mencuci piring, dan adik merapikan kamar tidur. Bertiga kami kakak beradik dengan senang hati mengerjakan semuanya. Dan tugas lain dikerjakan oleh ibu bapak.
Sedangkan adik kembar saya saat itu usianya masih balita diasuh oleh 2 orang bude yang membantu menjaga setengah hari kerja. Jika ibu bapak sudah pulang, adik kembar kembali diasuh ibu bapak juga kami bertiga. Dan saya ingat betul, apapun hasil kerja kami bertiga, ibu bapak tidak pernah berkomentar negatif atau protes dengan hasil pekerjaan kami.
Bahkan pernah saat saya membantu mencuci gelas, dan ingin menatanya di rak, kaki saya tersandung dan merobohkan rak piring dari arah samping akibatnya 6 gelas pecah, 4 piring jatuh berkeping - keping. Secara reflek saya menangis, takut dimarahi tentu saja. Tapi apa yang saya bayangkan tidak terjadi, ibu menghampiri saya, mengecek apakah saya luka atau tidak dan mendudukkan saya di kursi.
Ibu mengobati luka saya dan berkata '' tidak apa - apa pecah, namanya sedang belajar, yang penting tidak terluka ibu sudah senang dibantu.'' Oww bahagianya hati ini mendengarnya, seketika tangis saya pun berhenti dan memeluk ibu. Saya berjanji lebih berhati - hati lain waktu.
Ibu mengobati luka saya dan berkata '' tidak apa - apa pecah, namanya sedang belajar, yang penting tidak terluka ibu sudah senang dibantu.'' Oww bahagianya hati ini mendengarnya, seketika tangis saya pun berhenti dan memeluk ibu. Saya berjanji lebih berhati - hati lain waktu.
Ibu memang sosok yang sabar dan penuh kasih sayang..I love you ibu.
Kemudian saya juga mendapat cerita dari paksu, bahwa sejak SD juga sudah mandiri menyiapkan keperluan sekolah, menyapu, mencuci sepatu sendiri, baju sendiri, karena kedua orangtua berdagang di pasar yang harus berangkat pagi. Hasilnya adalah saya dan paksu menjadi pribadi mandiri. Tapi tetap bahagia, karena saat orangtua pulang pasti akan ada kegiatan ngobrol bersama saling cerita, mendampingi belajar dan makan bersama.
Semua jadi makin jelas saat saya mendapat dan membaca bahwa kemandirian juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, konsep diri, pendidikan, keluarga, dan interaksi sosial.
AHA point dan hikmah yang saya dapat bahwa kemandirian yang kami miliki saat ini adalah hasil latihan keras dan didikan dari orangtua yang penuh konsistensi dalam memberikan latihan kemandirian sejak kami usia dini. Ternyata keluarga memang menjadi kunci utama bagi terbentuknya pribadi mandiri dan berdikari.
Lingkungan tempat tinggal juga memegang peranan penting dalam proses terbentuknya kemandirian. Nilai - nilai positif dan kebiasaan baik makin memberikan pengaruh dalam kebiasaan hidup yang berkaitan dengan kemandirian.
Jadi sungguh beruntung saya memiliki pasangan yang terbiasa mandiri, sehingga saat saya sedang tidak di rumah atau sedang sakit rumah tetap rapi dan tertata juga harum. Kemandirian yang tertanam sejak kecil membuat hal yang ada saat ini begitu mudah dilakukan dengan penuh bahagia.
Terima kasih untuk kedua orangtua kami juga paksu tercinta, kemandirian kita semoga tetap menjadi bara dalam menghangatkan hubungan kita aamiin.
Demikian aliran rasa di Slumuth Family dalam menjalankan tantangan 10 hari tentang melatih kemandirian. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum
Referensi
Camilan '' kemandirian individu'' Tim Fasilitator Bunda Sayang Batch #3, 2017
Pengalaman pribadi
Pengalaman dari kecil sangat mempengaruhi proses melatih kemandirian pada anak disaat kita sudah menjadi seorang ibu yah, bun 😊👍
BalasHapusTerima kasih sudah mampir bun Dwi Yunita, iya betul sekali. Proses kemandirian dilatihkan perlu waktu dan harus konsisten penuh cinta dari keluarga.
Hapus