Rabu, 20 Desember 2017

AKU DAN KAU CINTA RUPIAH




2 Desember 2017, siang itu udara terasa panas, sudah seminggu tidak turun hujan. Saya dan suami tiduran di atas karpet sambil memperhatikan keponakan yang tampak sibuk memasukkan rupiah berbentuk logam pecahan 200, 500, dan lembaran uang kertas pecahan 2000 ke dalam celengan plastik berbentuk ayam. Menabung untuk lebaran katanya. Hemm memang sebaiknya melatih menabung sejak dini sebagai wujud cinta rupiah.

Dan kegerahan kami berlanjut sampai berkipas dengan koran yang dilipat sambil menunggu Mbah Amat yang biasanya berkeliling untuk menawarkan dagangannya berupa bakmi pecel dan gorengan. Jajanan ini hanya bisa kami temui saat pulang kampung ke rumah orangtua di sebuah Desa bernama Pulung Kencana, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Propinsi Lampung.

Jadi saat pulang kampung, kami tak pernah melewatkan untuk jajan bakmi pecel yang dibungkus dengan daun pisang. Rugi kalau terlewatkan.

Tak lama kemudian sekitar pukul setengah dua siang, terdengar suara nyaring Mbah Amat menawarkan dagangannya.

'' Bakmi, pecel, gorengan...''
Bergegas saja saya dan suami bangun menuju teras depan. Mbak Amat yang melihat kami berdua langsung mampir menuju teras dan membuka dagangannya. Sebuah baskom besar wadah bakmi, dan bakul besar terbuat dari bambu untuk sayuran bahan pecel. Nampak bakmi dan pecel, juga gorengan yang masih hangat. Aromanya menggoda sekali, mendadak perut mengkode minta diisi. Padahal sudah makan siang juga.

Tak perlu waktu lama, saya dan suami memesan 7 bungkus bakmi pecel dan gorengan untuk seluruh anggota keluarga.  Sebungkus bakmi pecel dihargai Rp 3000, - wah harga yang murah meriah. Di kota mana ada harga segitu? Kemudian ditambah gorengan berupa tempe, bakwan, dan tahu isi. Total jumlah yang saya bayar Rp 32.000,-. Saya memberikan uang kepada Mbah Amat berupa selembar pecahan 20.000,- selembar pecahan10.000,- dan selembar uang kertas pecahan 2000,- saya membayar dengan rupiah, karena saya cinta rupiah.


Menyerahkan uang Rupiah kepada Mbah Amat

Setelah bertransaksi sambil diselingi dengan saling menyapa hangat, Mbah Amat bercerita juga kalau berjualan keliling menjadi aktivitas yang menyenangkan. Dari mulai berbelanja ke pasar, meracik bahan, sampai mengolah dan menjajakan. Walau sudah tua, dirinya tetap ingin berkarya dan mandiri. Saat saya tanyakan berat tidak menggendong bakul itu, Mbah Amat menjawab sambil tersenyum. Bahwa gendongannya tidak berat karena sudah biasa.

Kemudian beliau juga menceritakan rupiah yang didapat dikumpulkan untuk ditabung, dan sebagian untuk memberi jajan ke cucu. Bentuk cinta rupiah versi  Mbah Amat. Selesai saling bercerita, Mbah Amat pamit untuk melanjutkan keliling. Semoga laris Mbah.

Itu penggalan pengalaman awal bulan lalu yang menggambarkan bahwa cinta rupiah dapat diekspresikan dengan cara yang berbeda. Tergantung pada tujuan dan sudut pandang yang diambil saat berhadapan dengan uang rupiah.

Tak kenal maka tak sayang, agar sayang mari yuk mengenal  tentang uang rupiah.

Rupiah adalah mata uang resmi Indonesia. Mata uang ini dicetak dan diatur penggunaannya oleh Bank Indonesia dengan kode ISO 4217 IDR (1).

Rupiah menjadi alat tukar juga pengukur harga di Indonesia. Terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Lalu apa bukti saya juga cinta rupiah? Saya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga tentu juga cinta rupiah. Saya yang banyak bersinggungan dengan konsumsi dan kebutuhan keluarga, mengatur arus keluar masuk rupiah di rumah menjadi hal pokok. Jangan sampai besar pasak dari pada tiang.

Hal - hal yang saya lakukan sebagai wujud cinta rupiah :
1. Bangga bertransaksi dengan rupiah
2. Menabung dalam rupiah
3. Mengumpulkan uang lusuh untuk ditukarkan saat Bank Indonesia mengadakan event penukaran uang.
4. Mengumpulkan uang logam yang menghitam sampai nominal tertentu untuk ditukarkan. Jadi bukan dibuang.
5. Menegur pedagang dengan sopan saat ada yang menolak uang logam pecahan kecil. Dengan memberikan penjelasan bahwa uang logam juga sebagai alat tukar sah dan keberadaannya penting untuk mendukung kegiatan ekonomi.
Bayangkan saja, saat uang logam pecahan kecil sampai hilang, bisa jadi standar harga sebuah kue lupis juga jadi naik.


Uang lusuh dikumpulkan untuk ditukarkan

Kembali berbicara tentang uang. Uang rupiah memiliki kedudukan dan pengaruh yang besar bagi kehidupan masyarakat. Sebagai alat penukar untuk memudahkan transaksi jual beli di masyarakat. Uang di Indonesia juga menggambarkan pembangunan dan pemerintahan. Uang di Indonesia biasanya bergambar flora, fauna, tempat wisata, budaya, juga pahlawan bangsa. Nah, makin cinta dengan rupiah.

Mengingat juga negara Indonesia pernah mengalami badai krisis moneter tahun 1998 yang sempat mengguncangkan ekonomi Indonesia, krisis di dunia perbankan, daya beli masyarakat turun drastis dan membuat rupiah nilai tukarnya anjlok di hadapan dolar Amerika. Sampai timbul reformasi juga gerakan cinta rupiah saat itu. Dan secara perlahan keadaan ekonomi Indonesia kembali normal.

Rupiah pun menjadi saksi perubahan, perjuangan, dan perkembangan pembangunan bangsa Indonesia. Rupiah dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Uang rupiah di Indonesia dicetak dalam lembaran kertas dan logam yang mengalami perubahan. Sampai pada tahun 2016, Bank Indonesia merilis secara serentak seri uang baru yang berjumlah 11. Terdiri dari tujuh pecahan uang rupiah kertas dan empat uang rupiah logam.

Yaitu berupa uang kertas pecahan seratus ribu, lima puluh ribu, dua puluh ribu, sepuluh ribu, lima ribu, dua ribu, dan seribu rupiah. Untuk yang pecahan logam, pecahan logam seribu, lima ratus, dua ratus, dan pecahan logam seratus rupiah.

Uang emisi baru diresmikan pada 19 Desember 2016 tahun lalu, dan menandakan bahwa uang rupiah baru tersebut mulai berlaku dan siap diedarkan. Semua uang seri baru tersebut bergambar pahlawan nasional Indonesia. Tampilan lebih berwarna dan diharapkan gambar pahlawan yang ada dapat menumbuhkan semangat nasionalisme dan cinta rupiah.

Jika di masyarakat terlihat geliat transaksi ekonomi memang mengandalkan rupiah sebagai alat tukar, ini belum terlihat saat yang terjadi di transaksi global. Dalam transaksi global masih banyak menggunakan mata uang negara lain sebagai alat pembayaran. Ditambah nilai tukar rupiah dengan negara lain sangat fluktuatif akibat pasar yang mengalami perubahan.

Jadi walau sudah mengalami sejarah panjang, rasanya masih perlu perjuangan semua pihak dan komitmen bersama untuk menjadikan rupiah memiliki nilai tawar tinggi dan diterima sebagai tuan di negeri sendiri. Sehingga orang tertarik mencintai rupiah dibanding mata uang negara lain.

Semoga di masa depan saat terjadi transaksi global yang berhubungan dengan produk Indonesia dapat dibayar dengan rupiah bukan mata uang negara lain. Karena mata uang yang dimiliki sebuah negara, menjadi identitas bangsa sekaligus menjadi simbol kedaulatan suatu negara. Aku dan kau memang sudah seharusnya cinta rupiah.






Referensi

Rupiah, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses 15 Desember 2017.

Pengalaman Pribadi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Silahkan komentar yang baik dan sopan, agar saya bisa mengunjungi balik blog anda.

Rumpu Rampe

Rumpu rampe khas NTT Indonesia memang negara yang kaya baik secara geografis atau pun populasi. Terletak di antara dua benua dan dua samuder...

Popular Posts